Pages

Minggu, 29 Agustus 2010

Berlatih Membuat Pembukaan Novel 2

Melanjutkan artikel Berlatih Membuat Pembukaan Novel 1. Hari ini Anda masih mempelajari bagaimana membuat pembukaan yangh baik dan tepat untuk novel Anda. Kali ini kita akan menyimak pembukaan novel Kering, karya novelis Iwan Simatupang. Iwan Simatupang sebagai novelis yang kreatif, meskipun tidak sama produktifnya dengan Pramudya Ananta Toer.




Iwan Simatupang hanya mempunyai tiga novel penting, yakni Merahnya Merah, Ziarah dan Kering. Mari kita kutip pembukaan novel Kering, karya Iwan Simatupang, yang terbit pada tahun 1972.

Kering. Ladang-ladang telah jadi dataran tanah retak. Dia jalan terus. Bayang tubuhnya yang jangkung, menari-nari jauh lebih jangkung lagi atas garis-garis retak itu. Seperti lukisan abstrak saja: Seorang gaib, tubuhnya dipotong-potong, menari-nari di bumi yang juga terpotong-potong.


Matahari lohor tak kenal ampun. Teriknya melecut langit. Embon segumpal tak ada udara bergetar. Di sana  sini ia beruap. Berkepul-kepul, dekat ke permukaan tanah.


Dia sampai di mata air kecil, sedikit di balik bukit kecil, batas utara ladangnya.


Kering! Mata air kecil ini pun akhirnya kering juga. Masih terusnya ia hingga kemarin memberi air, baginya, bagi tani-tani lainnya sekitar situ - merupakan keajaiban sendiri. Mata air lainnya sudah lama berkeringan, menjadi lobang-lobang kecil, berlumpur berlumpur kering, berkeping-keping.


Sempat mata air kecil ini jadi semacam permainan beraruh bagi mereka: Kering atau tidak kering esok paginya? Esoknya, pagi-pagi benar, mereka lari ke sana untuk menemuinya masih saja berair. Gembiralah mereka yang memang bertaruh. Sedang yang kalah - juga ikut gembira: air bagi mereka masih ada!


Tapi, kali ini mereka tak gembira. Yang telah datang duluan ke mata air itu pagi tadi menyatakan sedih dan kecewanya tanpa tedeng aling-aling. Ceret-ceret, lodong-lodong bambu, kaleng-kaleng, panci-panci, dilempar berserakan sekitarnya.

Catatan:

Iwan Simatupang di sini membuat pembukaan dengan melukiskan keadaan alam yang kering kerontang akibat kemarau. SAat itu waktu habis lohor, orang-orang bersedih karena mata air kecil yang biasanya jadi andalan kini telah kering pula.
Saran: BAca pembukaan itu dalam hati, lalu tulis kembali dalam bahasa Anda sendiri, dalam jumlah baris yang kurang lebih sama jumlahnya.
Artikel selanjutnya Berlatih Membuat Pembukaan Novel 3.

0 komentar:

Posting Komentar