Pages

Senin, 06 September 2010

Menulis Novel 3

Melanjutkan artikel Menulis Novel 2. Hari ini Anda bisa melanjutkan tulisan pembukaan untuk novel Anda. Sebab pembukaan itu masih terlalu pendek. Jangan lupa, pembukaan itu nantinya akan merupakan bagian dari Bagian pertama novel Anda. Pembukaan yang baik, menarik, akan membuat pembaca ingin membaca sampai selesai. Bacaan yang baik dan menarik akan membuat buku Anda banyak dibeli orang. Anda tahu, semakin banyak buku Anda laku, semakin baik honorarium yang Anda terima.



Anda bisa melanjutkan pembukaan Anda, dengan uraian serinci mungkin, sepeniggal Carladari rumahnya. Khususnya tentang perasaan dan pikiran Herman yang ditinggalkan begitu saja, seperti meniggalkan batu atau kayu mati di pinggir jalan. Misalnya begini:

Herman masih terpaku di atas kursi rodanya, ia sama sekali tidak melepaskan pandangan ke arah jalan aspal dihadapannya, meskipun taksi yang membawa istrinya telah lenyap dan tinggal bayangan belaka. Ia sama sekali tidak menduga bahwa kejadian seperti itu akan menimpa hidupnya. Ia sama sekali tidak mengerti, mengapa justru ketika dirinya sedang lumpuh tubuh, istrinya tega pergi dengan lilaki lain. Ia sama sekali tidak menduga bahwa istrinya akan kembali kepada kekasihnya yang lama, sebab sudah tiga anak dilahirkannya: Rico, Richard dan Nancy.

Tentu saja ia tidak buta. Ia sudah lama mencium gelagat bahwa istrinya menjalin hubungan dengan lelaki lain. Sebab Carla makin lama makin tidak kerasan tinggal di rumah. Carla kian jarang berbincang dengan dirinya, baik di tepi meja makan maupun di atas tempat tidur, seperti sedia kala. Carla juga tak sempat lagi berbincang tentang kuliah Rico di Elektronik ITB yang sudah mendekati tahun-tahun terakhir. Bahkan Carla tidak lagi berbincang soal si bungsu, putri kesayangan semata wayang, Nancy yang pantas jadi pragawati, atau aktris, bahkan jadi ratu kecantikan sekalipun.

Kesiapan Herman akan kehilangan istrinya dikarenakan ia jeli membaca tanda-tanda keadaan, gejala jiwa dan tingkah laku istrinya yang semakin sering pergi, pulang malam hari bahkan pernah tidak pulang sama sekali semalam suntuk. Paling ia hanya menelepon, bahwa ia tidak bisa pulang, karena harus melakukan usaha demi kepentingan ekonomi keluarga.

Tetapi nyatanya Carla tidak pernah pulang membawa apa-apa untuk anak, apalagi suaminya. bahkan Richard, yang masih kuliah di jurusan Film dan Televisi itu, yang penampilannya sudah seperti seniman, selau pulang membawa oleh ala kadarnya untuk papi yang selalu menunggu di rumahnya. Paling tidak, ia membawa roti tawar kesenangan papinya, atau martabak manis dengan keju di tengahnya.

Herman, sebagai suami juga tahu rahasia istrinya. Secara diam-diam ia selalu mengintip isi tas tangan istrinya dan di sana ia menemukan surat menyurat Carla dengan George, lelaki bule dari negeri Pman sam itu. Ia tahu persis, bahwa cintanya kepada Carla sedang dirampok orang bule itu, yang memang pacar carka pada masa mudanya. Pikir Herman, mungkin seorang kekasih tabah menunggu, sementar Carla sudah bersuami dan beranak tiga? Penantian, kesetiaan, ataukan pelarian?
Selanjutnya artikel Menulis Novel 4

0 komentar:

Posting Komentar