Pages

Senin, 23 Agustus 2010

Memasukan Dialog kedalam Cerpen 5

Melanjutkan artikel Memasukan Dialog kedalam Cerpen 4. Hari ini Anda telah menyelesaikan sebagian besar deri karya Anda yang berbentuk cerita pendek itu. Sekarang Anda perlu mempertimbangkan bagian (adegan) mana lagi yang memerlukan dialog. Tentu Anda tidak akan melupakan adegan, ketika Pak Dirga akan berangkat ke luar negeri, menuju Hong Kong dan seterusnya. Tidak mingkin sebagai suami ia pergi tanpa pamit kepada istrinya. Dan apa jawab istrinya saat itu?




"Selalu saja kau terbang sendiri. Aku selalu kau tinggal begitu saja. Aku tak pernah tahu dengan siapa kau pergi. Sementara kau entah berada di mana, aku di rumah ini dan selalu sendiri. Aku ini tak ada bedanya dengan penjaga rumah saja. Berhari-hari menunggu suami pulang. Tetapi pulang ya pulang saja. Pulang atau tidak sama saja. Tak ada bedanya. Ini rumah seperti bukan rumahmu. Kau tak pernah betah tinggal di rumah. Aku juga seperti bukan istrimu. Seolah-olah ada istri lain di luar diriku," rajuk istrinya.

"Jangan terlalu emosional, Sayangku, Vonyku. Kita ini orang bisnis. Perusahaan sedang maju pesat. Tolonglah, Sayangku, beri aku dukungan moral. Doakan agar semuanya berjalan sesuai rencana. Aku terlalu mencintai dirimu. Tetapi jangan terlalu sentimental. Jangan terlalu pencemburu. Cemburu akan membakar hidupmu. Cemburu akan menghanguskan hatimu, Sayang!" rayu suaminya.

"Bagaimana aku tak cemburu? Aku hanya kau jadikan boneka dalam kotak kaca. Orang tidak boleh menyentuhnya, tetapi suami sendiri pun tak pernah mencolek diriku. Kau tak pernah sempat memberikan kehangatan sedikit pun dalam hidupku," Sergah istrinya, tanpa ragu.

"Mestinya kau tahu, aku jungkir balik dalam hidupku, semua itu demi dirimu. Seandainya aku dapat segunung intan, atau segajah emas juga selalu aku serahkan kepada dirimu. Bukan untuk orang lain," papar Pak Dirga.

"Aku tahu, aku akui soal itu. Tetapi kau anggap diriku ini ruang gudang kosong belaka. Kau bersemangat untuk mengisinya dengan harta benda. Barang-barang mati kekayaanmu. Kau lupa aku ini juga punya hati, punya perasaan. Hatiku, perasaanku, hidupku kau biarkan kosong melompong tanpa isi. Kau campakan aku seperti mencampakan seonggok daging dan tulang, yang terlempar di tmepat sampah."

"Maafkan aku Sayangku. Nanti kita bicarakan lagi setelah aku pulang," ujar suaminya, yang lalu bergegas masuk ke mobilnya yang sudah siap melluncur menuju ke bandara Soekarno-Hatta.
Artikel selanjutnya Memberi Judul Cerpen

0 komentar:

Posting Komentar